Posts Subscribe to InFoGauLComments

Online

make own

.: Blog Maharani :.

.: Salam Blogger :.
"Dibutuhkan kedewasaan untuk memahami pemikiran orang dewasa. Dan masalah adalah jalan untuk mendewasakan diri.."
Selengkapnya tentang saya

Dyah Anindya

Dyah Anindya

Ya Allah
"..kupasrahkan segala jiwa dan raga ini hanya milikMu kutahu sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan adalah yang terbaik dalam realita hidup dan matiku karana Engkau Maha Mengetahui segala yang terbaik bagiku..."

FIND ME ON..

mybloglog twitter facebook HOME
Info

Antasena

Anantasena, atau sering disingkat Antasena adalah nama salah satu tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam naskah Mahabharata, karena merupakan asli ciptaan para pujangga Jawa. Tokoh ini dikenal sebagai putra bungsu Bimasena, serta saudara lain ibu dari Antareja dan Gatotkaca.

Dalam pewayangan klasik versi Surakarta, Antasena merupakan nama lain dari Antareja, yaitu putra sulung Bimasena. Sementara menurut versi Yogyakarta, Antasena dan Antareja adalah dua orang tokoh yang berbeda.

Akan tetapi dalam pewayangan zaman sekarang, para dalang Surakarta sudah biasa memisahkan tokoh Antasena dengan Antareja, sebagaimana yang dilakukan oleh para dalang Yogyakarta.

Asal-Usul
Antasena adalah putra bungsu Bimasena atau Wrekodara, yaitu Pandawa nomor dua. Ia lahir dari seorang ibu bernama Dewi Urangayu putri Batara Baruna. Bima menikah dengan Urangayu dalam cerita Kali Serayu Binangun, yaitu saat Pandawa dan Kurawa berlomba untuk membuat sungai tembus ke samudera. Bima meninggalkan Urangayu dalam keadaan mengandung ketika ia harus kembali ke negeri Amarta.

Saat Antasena masih dalam kandungan, Khayangan Suralaya diserbu oleh Prabu Dewa Kintaka dari Kerajaan Guwacinraka yang bemaksud untuk merebut dan menikahi Batari Kamaratih. Antasena yang masih dalam kandungan, dikeluarkan oleh Sang Hyang Narada, dan diajukan ke peperangan. Berkat perlindungan Sang Hyang Wenang, Antasena mampu mengalahkan Prabu Dewa Kintaka dan pasukannya.Setelah mampu mengalahkan kraman Antasena diserahkan kepada Sang Hyang Antaboga untuk dididik menjadi ksatria.

Setelah dewasa ia berangkat menuju Kerajaan Amarta untuk menemui ayah kandungnya. Saat itu para Pandawa sedang mempersiapkan pesta, karena Pandawa nomor tiga, Arjuna akan menikahkan salah satu putrinya Dewi Pergiwati, dengan putra mahkota Karajaan Amarta yaitu bernama Raden Pancawala, yang merupakan putra Pandawa nomor satu Yudhistira . Pernikahan antar saudara sepupu tersebut nyaris gagal karena ulah Begawan Durna yang berniat untuk menjodohkah Pergiwati dengan putra mahkota Hastina, Raden Lesmana Mandrakumara. Berkat bantuan Antasena, Pancawala berhasil melarikan Pergiwati dan terlindungi dari amukan Kurawa. Setelah kejadian tersebut Arjuna akhirnya sadar, dan meresmikan pernikahan Pancawala dengan Pergiwati.

Beberapa tahun setelah pernikahan antara Pancawala dengan Pergiwati, Antasena kemudian menikahi sepupunya yang bernama Janakawati yang juga putri Arjuna.

Sifat dan Kesaktian
Antasena digambarkan berwatak polos dan lugu, namun teguh dalam pendirian. Dalam berbicara dengan siapa pun, ia selalu menggunakan bahasa ngoko sehingga seolah-olah tidak mengenal tata krama. Namun hal ini justru menunjukkan kejujurannya di mana ia memang tidak suka dengan basa-basi duniawi.

Dalam hal kesaktian, Antasena dikisahkan sebagai putra Bima yang paling sakti. Ia mampu terbang, amblas ke dalam bumi, serta menyelam di air. Kulitnya terlindung oleh sisik udang yang membuatnya kebal terhadap segala jenis senjata.

Kematian
Antasena dikisahkan meninggal secara moksa bersama sepupunya, yaitu Wisanggeni putra Arjuna. Keduanya meninggal sebagai tumbal kemenangan para Pandawa menjelang meletusnya perang Baratayuda.

Ketika itu Wisanggeni dan Antasena menghadap Sanghyang Wenang, leluhur para dewa untuk meminta restu atas kemenangan Pandawa dalam menghadapi Korawa. Sanghyang Wenang menyatakan bahwa jika keduanya ikut berperang justru akan membuat pihak Pandawa kalah. Wisanggeni dan Antasena pun memutuskan untuk tidak kembali ke dunia. Keduanya kemudian menyusut sedikit-demi sedikit dan akhirnya musnah sama sekali di kahyangan Sanghyang Wenang.

Authorimage

Di Publish Oleh : Maharani Dyah A
Pada Hari : Selasa, 24 November 2015
Kategori :

0 komentar:

Posting Komentar

 

.: Live Traffic :.

.: Fans Box :.

.: Follower :.